Trauma Kemiskinan

Trauma Kemiskinan

Kemaren lama berdiskusi dengan sahabat ngopi, seorang penulis spesialis novel dan biografi. Sebenarnya kami sering ketemu dan ngopi bareng, namun jarang membahas mengenai tema ini. Kami pun juga pernah ngetim bareng membangun bisnis, namun belum berjodoh.

arena sama sama pernah dimentori salah seorang senior di organisasi dan dibisnis oleh orang yang sama, maka obrolan membahas mengenai bagaimana bagaimana cerita dibalik pola didikan mentor kami menjadi menarik untuk dibahas.

Dia profesi sebagai penulis biografi, jadi praktis orang yang ditulisnya akan menuturkan cerita cerita yang sebelumnya mungkin belum pernah terungkap dipermukaan. Cerita pahit getir dibalik perjuangan maupun kesuksesan tokoh yang ditulisnya.

Banyak tokoh yang ditulisnya yang merangkai kesuksesan dari bawah, bukan karena factor keturunan ataupun warisan. Bahkan berangkat dari sangat minus dan tragis kehidupan keluargannya. Namun justru itulah, motivasi yang sangat besar untuk bangkit dan merubah nasib. Baik bagi dirinya dan tentunya untuk keluargannya.
Sehingga tidak jarang, kepiawaiannya dalam menangkap kisah dari tokoh yang ditulisnya, membuat sahabat saya ini rasanya tidak pernah kehabisan order untuk menulis, bahkan saat ini dia sangat selektif dan mematok harga yang pantas ketika mengiyakan sebuah project.
Saya tidak sedang membahas soal sahabat penulis ini, namun dari obrolan yang gayeng itu saya ingin sharing seputar kira kira apa yang melandasi dari orang orang yang berangkat dari bawah itu untuk bisa memulai dari merangkak hingga meniti karier menuju kesuksesan ?

Kalau di buat polanya, ternyata ada benang merah yang hampir sama. Ya, ada sebuah motivasi atau dorongan yang sangat kuat dari dalam dirinya untuk mengubah nasibnya. Dorongan ini lebih kuat dari kebanyakan orang yang lain. Semangati ini yang selalu berkobar dalam dirinya, yang membuat ia bisa bergerak lebih cepat. Ibarat berlari nafasnya menjadi lebih panjang, lebih tahan banting dan tentunya menjaga supaya semangatnya tidak mudah padam, walaupun mendapatkan tantangan dan hambatan yang sangat berat.

Pola ini seperti yang pernah dituliskan oleh Carol S. Dweck dalam buku yang berjudul Mindset yang mengatakan “Pandangan yang anda adopsi untuk diri Anda, sangat mempengaruhi cara Anda mengarahkan kehidupan”. Dan pandangan ini tentunya ditempa dari pengalaman yang panjang yang berangkat dari kehidupan diwaktu kecil. Sebuah trauma yang berkepanjangan yang membuat sulit tidur bahkan rasa gelisah yang sangat dalam apabila tidak berubah.

Ia menceritakan, salah satu klien yang pernah ditulisnya yang seorang pengusaha dengan perkembangan usaha yang sangat cepat, dimasa kecilnya cerita hidupnya sangat getir. Anak dari seorang yang sangat miskin, hingga harus menjadi transmigrasi di luar pulau ditengah hutan. Setelah digali bagaimana etos kerjanya bisa sedemikian kuat, sehingga mempunyai keberanian yang tinggi di dunia bisnis, ternyata juga karena trauma di masa kecil tentang masa dimana penuh dengan kekurangan.

Begitupula kenapa banyak orang dari kampung atau pedalaman, mengenyam pendidikan yang serba terbatas dikampung, namun bisa berhasil ketika merantau ke kota besar dan mejadi orang disana, tentu tidak terlepas dari motivasi dari dalam dirinya yang begitu kuat. Softskill inilah yang menjadi inti dari mindset yang ia tanamkan dan menjadi cara pandang dia didalam memahami keadaan untuk melompat yang lebih tinggi.

Jadi jika sekarang lagi heboh soal zonasi didunia pendidikan, terlepas dari pro dan kontra yang ada dengan berbagai argumentasinya. Saya cuman menggarisbawahi bahwa persoalan utama tentang softskill maupun karakter diri anak tadi bila sudah mempunyai kesadaran yang kuat, mau dengan keterbatasan sarana pendidikan ataupun sumber sumber pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap keberhasilan dimasa depannya.

embali kepada obrolan dengan sahabat tadi ia pun menceritakanm bahwa ada beberapa orang yang sukses didunia bisnis yang ia jumpai dan sering berinteraksi langsung dan termasuk salah satu dari mentor kami berdua bahwa beliau berhasil di dunia bisnis, bukan karena dia pandai ilmu bisnis, bukan juga karena passionnya di dunia bisnis yang membawa perkembangan dan percepatan bisnisnya.

Namun yang menarik ia terpaksa memilih jalur bisnis walau berbeda dengan passionnya sebagai pilihan hidup untuk lebih baik karena trauma dengan kemiskinan ?
Bagaimana detailnya ? semoga ada kesempatan ditulisan berikutnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *