Petani Kaya

Petani Kaya

Pagi ini sambil menunggu konter CS sebuah bank, saya coba menulis kembali apa yang saya janjikan beberapa waktu yang lalu.

Cerita tentang seorang petani yang “kaya” di perantauan. Yang asli Tulungagung, namun menetap di desa Kantan Dalam Pulang Pisau Kalimantan Tengah.

Pak Sabarudiin beliau dipanggil. Datang ke pulau Borneo ketika masih perjaka, bekerja apa saja yang penting menghasilkan, dari Kalteng hingga ke Kalsel.

Karena tidak ada hasil yang kelihatan, akhirnya mulai berfikir, dia harus menetap dan memulai bertani. Dibelilah lahan di desa Kantan Dalam tadi seluas 1 ha. Ketika itu dengan harga 1 juta rupiah.

Kemudian menikahlah dengan gadis setempat, yang juga anak dari keluarga Transmigran dikampung tersebut.

Di lahan yang ada unsur gambutnya tidak banyak tanaman yang cocok. Akhirnya ia ikut dengan warga Dayak setempat mencoba peruntungan dengan menanam karet.

Sedikit demi sedikit hasil kebunnya ia belikan sapi, ia kembangkan terus, hasil dari sapi ia belikan kembali kebun, begitu seterusnya.

Ketika waktu itu harga karet tinggi hingga mencapai 15 rb, ia bisa menikmati hasil kebun karet nya. Pun ketika harga karet turun bahkan dibawah 10 ribu, ia tetap konsisten menjadi petani karet.

Kebun karet nya sangat bersih, bahkan ketika orang orang dinas pada berkunjung ke kebunnya semua pada heran, kok bisa kebun karet terawat seperti itu.

Sangat kontras sekali dengan kebun karet tetangga bahkan penduduk lokal, yang cenderung dibiarkan, kurang dirawat. Dengan alasan harga karet yang rendah, sehingga kurang bersemangat untuk mensadap karet.

Berkat kegigihan beliau dalam bertani karet, sedikit demi sedikit hasilnya mulai terasa. Ia tidak mempedulikan orang orang yang mulai meninggalkan karet. Kemudian berganti menjadi tanaman sawit. Beliau tetap konsisten untuk berkebun karet yang ia kelola bersama istrinya.

Kembali ke cerita tentang bagaimana ia berinvestasi adalah ke hewan ternak, kemudian dari sapi tersebut ia belikan lahan. Di saat momentum yang tepat, yakni ketika ada yang menawarkan kebun dengan harga murah untuk dijual. Atau ketika ada keluarga Transmigran yang menjual kebunnya untuk kembali ke kampung halamannya.

Tidak terasa, saat ini ia sudah memiliki lahan 20 ha luasnya. Yang sebagian ia tanam karet, sebagian lainnya ia tanam padi untuk kebutuhan sehari-hari, rambutan, sengon, maupun kopi.

Tanaman utama sebagai penghasilan harian tetap di karet. Bersama istrinya perminggu dari kebun yang hanya 3 ha, ia bisa menghasilkan 400 kg bokar bersih, kalau dirupiahkan harga karet setempat dengan harga perkilo 7500 silakan dihitung sendiri hasilnya.

Ia tidak peduli dengan naik turunnya harga karet. Ia tetap mencintai profesinya merawat kebun dan mensadap, tuh dari karet ia bisa menyekolahkan anak anaknya hingga ke perguruan tinggi. Belum lagi dari hasil kebun lainnya.

www.cakfahmi.com

#petanikaret
#petanikaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *