Disuasana pandemi Covid-19 ini ada pertempuran yang sangat membahayakan. Tanpa menggurangi rasa hormat kepada tenaga medis yang saat ini terus berjibaku kepada pasien Covid yang terus bertambah.
Tanpa mengurangi rasa simpati juga kepada aparat yang menjalankan protokol PSBB kepada para warga yang masih membandel.
Yang saya maksud pertempuran tidak terlihat ini adalah bertempur dengan diri kita sendiri.
Bagaimana sebagai orang tua bertempur untuk bisa mendampingi anak anaknya untuk belajar di rumah, memaksa belajar matematika maupun belajar kembali Bahasa jawa, agar anaknya bisa mengerjakan tugas secara online.
Yang masih bisa bekerja di rumah agar bertempur dengan diri sendiri untuk tetap produktif mengggunakan waktu yang ada untuk tidak sekadar rebahan maupun melihat drama korea.
Yang terpaksa harus keluar bekerja mencari nafkah harus bertempur dengan dirinya untuk menjaga protocol kesehatan dengan menjaga jarak, menggunakan master dan sering cuci tangan, serta menajaga semangat untuk terus berkarya maupun mencari penghasilan yang semakin sempit dampak dari Covid-19.
Yang kehilangan pekerjaan karena krisis ini harus bertempur untuk menerima kenyataan pahit dirumahkan dan tetap menjaga kewarasan supaya bisa ada pemasukan di rumah
Yang Usahanya masih bertahan bertempur dengan dirinya agar tetap bisa menggaji karyawan bahkan memberikan Tunjangan Hari Raya yang semakin dekat ini
Yang usahanya bangkrut meninggalkan hutang, harus juga berjuang bagaimana cara agar tetap bisa melunasi hutangnya walaupun harus menjual asset asset berharganya yang dikumpulkan sedikit demi sedikit bertahun tahun.
Ya inilah pertempuran sesungguhnya. Pertempuran melawan diri sendiri, melawan ego dan hawa nafsu.
Beruntung saat ini adalah bulan Ramadhan. Sehingga kita sudah diberikan petunjuk strategi apa untuk memenangkan pertempuran ini.
Berpuasa secara filosofis adalah menjaga seluruh tubuh dari hal hal yang membatalkan puasa. Sesungguhnya pelajaran terbesar yang diberikan oleh bulan Ramadhan, dimana seorang muslim wajib berpuasa selama satu bulan penuh, ialah agar ia dapat menguasai dan mengalahkan hawa nafsunya.
Namun puasa kali serasa puasa yang seutuhnya. Puasa Lahir dan batin. Bahkan melatih puasa untuk menahan rasa lapar yang mungkin akan datang di bulan bulan yang akan datang. Ini adalah suatu kenikmatan puasa di tengah pandemic ini. Sebagai latihan persiapan untuk menghadapi masa resesi, kalau benar benar itu akan terjadi.
Tanda tandanya sudah mulai terbaca, namun semoga saja tidak.
Bagi seorang ayah puasa kali ini adalah puasa untuk memimpin seluruh anggota keluarganya menghadapi masa masa sulit yang mungkin saja tiba ditengah ketidakpastian ekonomi.
Bagi seoraang ibu, puasa kali ini adalah sebagai latihan untuk tetap menyiapkan hidangan denggan menu menu yang sedergana, mengatur keuangan keluarga agar bisa bertahan selama mungkin.
Puasa kali ini juga melatih kewarasan kita untuk melawan diri sendiri, tidak menyalahkan keadaan dan factor luar. Pun tidak perlu menyalahkan kebijakan yang semakin tidak pasti ditengah ketidakpastian.
Walaupun beraktivitas di masjid semakin dibatasi, silaturahmi yang disunnahkan dibulan suci ini juga semakin terbatas, namun tidak boleh mematahkan semangat untuk memaksimalkan amalan di bulan Ramadhan.
Justru inilah kesempatan yang brutal untuk peduli sekitar, karena sedang masa sukar. Inilah pertempuran yang tidak terlihat