Ngalor Ngidul Soal Kedelai Lokal

Ngalor Ngidul Soal Kedelai Lokal

Kemaren saya muter muter cari lahan untuk ditanami kedelai.
Memang sekarang masih musim tanam kedua, hampir semua petani masih asyik tanam padi. Komoditas yang paling menarik bagi petani. Harganya juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman holtikultura.
Pun juga pola tanam yang sudah turun temurun dan menjadi tradisi bagi petani kita
Itulah kenapa sangat sulit untuk swasembada di kedelai, Karena minat petani sangat kurang. Dan harga pun relatif lebih rendah dengan penanganan pasca panen yang masih jauh darikata baik.

Sehingga pengrajin hingga industri tahu tempe masih sangat menggemari Kedelai impor. Yang harganya semakin terjangkau dengan kualitas yang stabil. Dan stoknya pun melimpah tanpa mengenal musim.

Apalagi importir dan distributor besar memanjakan industri tahu dan tempe. Mereka boleh membayar mundur, bahkan kerap memberikan bonus yang besar gratis berkarung-karung Kedelai.

Sedemikian besar kebutuhan kedelai kita. Bahkan lebih dari 2 juta ton pertahunnya. Sementara kapasitas produksi petani tidak lebih dari 800 ribu ton pertahun. Itu pun semakin berkurang. Kalau mau dirunut memang masyarakat kita tidak bisa lepas dari tahu dan tempe. Nyaris setiap hari dimeja makan terhidang tahu atau tempe. Kebutuhan pokok yang mengalahkan singkong rebus yang semakin kalah populer.

Kapasitas produksi yang tidak seimbang dengan permintaan. Dan keran impor menjadi solusi bertahun tahun. Diatas kertas banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luasan maupun produktivitas kedelai. Namun di lapangan berkata lain. Bahkan bantuan benih karena kualitas yang kurang bagus tidak mereka tanam. Mereka lebih untung menjual benih bantuan itu. Karena sebagian dari mereka ditanam pun mereka akan tetap rugi. Ironis memang di negerinya Via Vallen ini kata Abah Dahlan.

Sebenarnya sudah ada beberapa varietas unggulan yang diperkenalkan dan digunakan untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal. Varietas Grobogan salah satunya. Lebih dari empat tahun telah kita edukasi khususnya petani kedelai di Kabupaten Lamongan dengan menanam kedelai varietas ini.
Keunggulan varietas ini terletak pada usianya Yang relatif pendek hanya sekitar 74 hari sudah panen. Kematangan dalam panen pun seragam. Bijinya juga lebih besar bahkan secara fisik bisa mengungguli kedelai impor, sehingga sangat cantik kalau dibuat tempe.
Berdasarkan beberapa kali hasil uji demp kami, kedelai varietas ini produktivitasnya bisa mencapai 3 ton lebih. Padahal rata rata kedelai lokal lain hanya sekitar 1,5 ton.
Namun begitu mengganti kebiasaan dan pola tanam dari petani yang disebar, dengan teknik ditugal atau digejik membutuhkan kesabaran yang ekstra. Bagi sebagian besar petani biar gampang disebarkan saja, toh hasilnya juga Ndak seberapa. Demikianlah yang terus kita edukasi bertahun tahun

Namun demikian ketika petani sudah bersemangat kembali untuk menanam kedelai, ternyata benih varietas ini cukup langka dipasaran. Bahkan beberapa program dari pemerintah sendiri sebaliknya justru dalam pengadaan nya menggunakan benih yang kurang unggul. Padahal sebenarnya mereka juga tahu bagaimana produktivitasnya. Itulah yang terjadi kalau hanya bermindset program. Asal asalan dilakukan dan tentunya tidak bisa menutup mata banyak yang bermain. Banyak yang takut tidak mendapatkan keuntungan dari kesusahan yang dirasakan petani.
Sehingga kemarin ketika saya tanyakan kembali ke salah satu petugas penyuluh pertanian, banyak program kedelai yang dicancel. Entah kenapa, mungkin karena evaluasi tidak seindah yang dilaporkan.

Dikatakan tidak patah arang, la faktanya demikian. Bagaikan lingkaran setan yang sulit untuk memutusnya. Yang penting terus ikhtiar dan berupaya. Harapan pasti ada, namun tidak bisa berjalan sendirian. Saya sangat salut buat pihak pihak yang terus berusaha untuk mengurangi inflasi disektor pertanian ini. Meskipun sebenarnya bukan bidang garapnya dipertanian, salah satunya Bank Indonesia. Saya salut Bank Indonesia Jawa Timur masih memikirkan soal kedelai ini. Sebagai salah satu sektor penyumbang inflasi terbesar, yang harus dicari solusinya. Kembali lagi ketika upaya sudah dilakukan, dan sebenarnya hasil juga sudah terlihat namun baik faktor harga yang layak sebenarnya akan menjadi semangat sendiri bagi petani untuk menanam kedelai.
#klasterkedelai
#bankindonesia
#peacbromo
#pengendalianinflasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *