Menemukan DNA Bisnis (Bagian 2)

Menemukan DNA Bisnis (Bagian 2)

Melanjutkan tulisan tentang DNA Bisnis, bahwa DNA bisnis bisa diciptakan dan polanya dapat dibangun.

Namun tentu membangunnya tidak butuh dalam waktu yang sekejab. Butuh proses dan konsistensi yang terus menerus.

Model Konvensional

Sepertihalnya anda yang bergerak di bidang jasa, maka portofolio atau riwayat pekerjaan anda, atau dengan kata lain reputasi yang anda bangun akan sangat menentukan dari DNA bisnis anda, dan disanalah kemudian orang lain atau pelanggan lebih mengenal tentang anda.

Sama halnya ketika anda melihat sebuah rumah makan yang letaknya mungkin tidak terlalu strategis, namun memiliki pelanggan yang loyal dan bahkan harus rela antri untuk mendapatkan seporsi hidangannya.

Tentu pedagang tadi tidak tiba tiba bisa langsung ramai. Mungkin dia sudah merasakan jatuh bangunnya dalam bisnis makanan, sehingga akhirnya menemukan pola ramainya. Mungkin juga dia sudah menjual makanan itu puluhan tahun dari generasi ke generasi.

Sehingga jangan dilihat dari hasil hari ini, namun lihatlah proses dan kerja keras yang ia bangun sehingga bisa sampai pada level kematangan bisnis yang seperti itu.

Proses yang saya ilustrasikan diatas, saya istilahkan dengan model konvensional. Model ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan daya tahan bisnis yang luar biasa. Karena harus mengalami fase jatuh bangun, jatuh lagi, bangun lagi hingga memasuki fase kematangan bisnis dan mendapatkan momentum yang tepat.

Hingga ada kalanya fase ini juga tidak bisa bertahan lama manakala tidak memperhatikan lingkungan eksternal (core environment) sepertihalnya perubahan teknologi, aturan kebijakan pemerintah dan sebagainya yang tidak bisa dikontrol sendiri. Seperti dalam contoh bisnis warnet yang saat ini sudah gulung tikar.

 

Model Unkonvensional

Menariknya era digital saat ini sudah sangat memungkinkan untuk mempercepat proses dalam membangun DNA Bisnisnya. Sehingga jangan kaget, jika ada bisnis yang baru buka tiba tiba bisa langsung sangat ramai dan diburu oleh pelanggannya.

Sama halnya dengan contoh fenomenal lahirnya Gojek, yang membuat kelabakan perusahaan taksi dan angkutan konvensional. Kok bisa ya baru di launching kok langsung ramai ? Atau contoh oleh oleh kekinian suatu kota yang baru buka, namun pembeli sudah pada antri ? Disinilah kehebatan model ini untuk merancang dan mendesain suatu bisnis yang ketika belum buka orang sudah pada menanti nanti, dan ketika buka, orang sudah pada mengantri.

Teknologi digital telah memungkinkan untuk mempercepat prosesnya. Baik melalui riset dan analitik yang sangat cepat, Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan yang mampu menganalisa perilaku pelanggan. Bahkan sebelum pelanggan memutuskan membeli hingga peranan dari digital marketing lewat social media yang menjadikan informasi begitu cepat dan mudah  didapatkan.

Menyambung dengan tulisan sebelumnya, artinya terdapat problem atau masalah dari pelanggan yang belum terpecahkan oleh bisnis yang sudah ada. Sehingga ketika ada bisnis baru yang buka, langsung klop dan sesuai dengan kebutuhan dan memberikan solusi bagi pelanggan. Disinilah DNA dan Model Bisnis di desain dan dirancang.

Saya rasa banyak tools saat ini yang dikembangkan untuk mendesain DNA dan model bisnis ini, maaf tidak saya bahas detail ddalam tulisan ini. Menurut saya tools yang powerfull teman teman bisa menggunakan desaign thinking dulu sebelum merancang sebuah Bisnis Model.

Kembali pada topik kita, bagaimana menemukan DNA bisnis rasanya tidak ada cara yang baku. Namun mesti terus menerus dipelajari dan dipraktekkan polannya. Mau cara konvensional ataupun unkonvensional  perlu divalidasi terus hingga menemukan polannya.

Bersambung

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *