Lama saya tidak naik bus AKAP Sumber Group, baru kemaren keturutan untuk naik lagi jarak dekat ke kota sebelah barat Surabaya. Setiap naik bus ini, saya teringat dengan pengalaman tujuh tahun yang lalu yang sering naik plus menginap di bus Idola pekerja ini untuk perjalanan malam ke kota Solo ataupun Jogja. hetika itu hampir tiap pekan bolak balik naik bus ini, kalau ada rezeki yang longgar baru naik kelas yang Patas he…
Ketika anda ditanya dengan cepat, apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata bus Sumber Selamat (dulu Sumber Kencono ) ? Bagi yang pernah mendengar berita soal bus ini, maupun pernah punya pengalaman naik bus ini mayoritas akan menjawab, Penguasa Jalanan atau Ugal Ugal, sering kecelakaan dll.
Rekor saya naik bus ini pernah perjalanan Surabaya – Jogja hanya sekitar 5 jam ! ( dulu belum ada tol lo), bahkan pernah naik bus ini, sebenanrnya sudah berjalan normal ndak ugal ugalan. Namun karena mungkin sopir ngantuk, sempat senggol pick up.
Pernah waktu itu, sehabis kecelakaan yang hebat akhirnya bus SK dicabut sementara trayeknya, apa yang terjadi ? ribuan orang terlantar di jalan, bus yang ada ternyata tidak mampu menampung jumlah dari penumpang untuk trayek tersebut. Bahkan hingga apparat menuruan armadannya untuk membantu mengangkut penumpang.
Ternyata segmen pelanggan dari bus SK dan pasar yang diperebutkan cukup besar. Sehingga dengan besarnya potensi pasar tersebut meskipun trayek tersebut banyak pilihan armada, namun keunggulan dari bus SK tetap menjadi nilai tawar dari bus ini. Bahkan competitor utamanya yakni “Mbak MIRA” belum mampu menandingi jumlah armadannya.
Brand Hell ?
Saya kira kasus dari bus SK hampir sama dengan LION AIR. Saya termasuk pelanggannya he..he..
Maskapai ini identik dengan delay. Begitupula ada julukan kalau maskapai ini sama seperti naik bus rasa pesawat, karena salah satu ciri khasnya ketika landing dan belum berhenti sempurna,para penumpang berebut untuk ambil tas, sehingga memberikan suasana kurang nyaman.
Dengan jumlah pesawat yang lebih dari 500 buah, maka LION Air menguasai market share penerbangan di Indonesia. Tidak bisa dibayangkan, jika kemudian LION AIR dilarang beroperasi, tentu naik pesawat menjadi sangat mahal dan mungkin tetangga tetangga kita yang bekerja di luar pulau kembali memilih menggunakan kapal laut he…
Sumber Group dan Lion Air apakah lantas kemudian dikatakan sebagai Brand Hell? Oh belum tentu. Meskipun dua brand tadi berkonotasi negative, namun ternyata jumlah pelanggan yang dilayani cukup besar, sehingga tetap dibutuhkan jasanya.
Besaran pasar yang seksi inilah, yang menjadi pertimbangan sendiri pada perusahaan ini untuk terus berinvestasi memperbaiki dan menambah jumlah armadannya. Sehingga jangan heran Lion Air mentargetkann memiliki 1200 pesawat hingga tahun 2035.
Begitupula armada dari bus Sumber Group, tidak ada yang jelek, hampir semua relative berusia baru. Sehingga dari sisi kelayakan operasi tetap sesuai dengan standar. Paling kalau kita menemukan bus yang mirip SK dengan kondisi lawas, berarti bus tadi sudah dibeli oleh PO lain, seperti yang kita temukan untuk angkutan bus kota JMP-Kupang-Purabaya.
Kembali ke topik. Artinya jumlah pasar dan besaran pasar sangat menentukan dalam bisnis itu sendiri akan stagnan, berkembang maupun jatuh. Selama konsumen masih puna problem, maka selama itu pula berarti bisnisnya masih jalan. Bila problem yang dihadapi oleh konsumen sudah teratasi dengan munculnya bisnis yang baru, maka tinggal menunggu waktu saja bisnis itu akan gulung tikar.
Maka terserah orang mau bilang apa terhadap Sumber Group atau Lion Air, toh kebutuhan pasar masih sangat tinggi. Sehingga biarlah konsumen yang memilih kalau mau nyaman ya harus mengeluarkan kocek lebih naik bus EKA atau naik Garuda.