Kecil dulu atau Langsung Besar ?

Kecil dulu atau Langsung Besar ?

Saya mendapat pelajaran berharga dari teman teman saya yang membuka usaha.

Sahabat pertama memulai jual sate dari ikut orang. Kemudian berbekal pengalaman, dia memberanikan diri usaha sendiri dengan mendorong gerobak hingga beberapa tahun. Semua masih dikerjakan sendiri awalnya hingga datang kesempatan untuk membuat depot sendiri.

Dari hasil menabungnya bertahun tahun langsung digunakan untuk menyewa sebuah tempat strategis dan bersyukur usahanya ramai dan berkembang, sehingga beberapa waktu yang lalu dia berniat untuk membuat cabang.

Teman kedua, saya sudah mendengarnya kurang lebih setahun lalu dia membangun rumah makan besar disebuah lahan sewa. Fasilitas nya cukup lengkap untuk usaha di daerah kecamatan. Parkir cukup luas, dengan model bangunan dan interior kekinian.

Perabotan rumah makannya pun sudah lengkap semua dan berselera tinggi. Karena dia belum punya pengalaman mengelola rumah makan, akhirnya merekrut tim manajemen untuk mengelola. Tidak tanggung-tanggung sepuluh orang sekaligus dia rekrut.

Setelah berbulan-bulan belum buka, syukurlah akhir puasa bersama kemarin akhirnya buka. Momentumnya cukup pas sih karena puasa dan hari raya sehingga diawal terlihat ramai.

Ya, dua cerita tadi memberikan pelajaran kita dihadapkan pilihan untuk memulai usaha dari kecil dulu atau langsung besar. Memulai dari kecil tingkat resiko lebih kecil dan mengukur skill dan ketahanan menjalankan bisnis tadi.
Memulai dari kecil juga memvalidasi konsep bisnis kita di pasar. Apakah pasar bisa menerima dan merespon baik.

Begitu pula daya tahan di bisnis juga diuji disini. Karena biasanya usaha yang berangkat dari kecil dia harus memutar perputaran uang. Baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun pengembangan usahanya.

Tidak sedikit kegagalan dalam mengelola uang ini yang sering menjadikan usaha kecil tetap kecil selamanya bahkan semakin tergerus.
Sebaliknya memulai usaha langsung besar, resiko cukup besar. Namun peluang keuntungan juga besar.

Bila nafasnya panjang daya tahannya juga panjang. Sebaliknya banyak usaha yang dimulai besar, namun karena nafasnya pendek Kana berhenti ditengah jalan dan menyisakan kerugian yang tidak sedikit.

Banyak aset yang mangkrak dan hanya ramai ketika pembukaan saja, dikarenakan usaha yang besar ini harus menanggung beban usaha yang cukup besar. Dikarenakan belum ada titik kestabilan dengan pemasukan yang diraihnya.

Lalu kapan harus tancap gas untuk memulai dari besar ?

Yang jelas tidak ada rumus pastinya. Hanya di perkirakan ketika peluang dan pasar yang cukup besar.

Ketika permintaan pasar cukup tinggi
Ketika kompetitor belum banyak ( ini yang pasti jarang, karena semakin banyak peluang, pasti kompetitor banyak)

Yang terpenting ketika memang bisnis sudah punya pondasinya tidak semua dimulai dari benar benar baru.

Ibaratnya langsung membuka cabang banyak bagi yang kuat dimodali tentu mudah.
Namun menghidupkan dan meramaikan semua cabang tentu tidak semudah yang diperkirakan.
Buka usaha langsung besar, ibaratnya memancing ikan besar.

Harus dipastikan kolamnya ada dan ikannya memang besar. Karena pakannya mahal, tentu hasil yang didapat harus lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Dan bila sudah terlanjur besar, memang kudu total dan mencebur sekalian. Karena tidak bisa dikelola dengan setengah setengah.

Sebaliknya memulai dari kecil, biasanya tahap uji coba dan tes pasar. Bila menguntungkan akan terus dijalankan, bila merugi akan cepat tutupnya.

Yang terpenting tidak apa apa memulai usaha dari kecil, namun harus tetap punya mimpi dan goal yang besar. Karena dengan target yang besar akan memaksa kita mengelola usaha kecil dengan rasa corporat Sehingga ketika usaha membesar sudah siap menjalankannya.

Salam dari atas Kereta Penataran Dhoho

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *