Beberapa hari yang lalu ketika mengunjungi sebuah toko buku saya tertarik pada sebuah buku yang berjudul Seni Hidup Minimalis karya Francine Jay. Sekilas saya baca buku ini dan menggambarkan tentang bagaimana paradoks gaya hidup zaman sekarang yang seolah olah sibuk mengejar keinginan. Nyaris banyak orang yang menumpuk “barang barang” dirumahnya, sehingga tidak tahu entah kapan barang tersebut akan sempat dipakai.
Nah buku ini memberikan persepektif seni hidup Minimalis, namun rumah dan kehidupan tetap fungsional bukan sekadar banyak barang.
Bayangan saya ingat ketika masa belasan tahun yang lalu, ketika masih duduk diperkuliahan dan awal bekerja. Saya masih ingat bertahun tahun hanya mempunyai satu sepatu/ sandal, celana panjang pun mungkin hanya punya 3 potong dan beberapa kemeja dan kaos. Barang yang paling banyak dipunyai hanya buku. Sehingga saya masih ingat ketika pindah ke kontrakan diawal pernikahan saya hanya membawa dua buah kardus kecil ukuran air mineral gelas tidak lebih dari itu. Sehingga cukup dengan motor saya bisa berpindah pindah kos atau kontrakan ketika itu.
Dua tahun pernikahan tampaknya banyak perubahan, sewaktu pindah rumah rasanya barang semakin banyak dan sesak, sehingga ketika pindah rumah memerlukan 2 mobil pickup untuk angkut barang he..he..
*******
Kembali ke tema diatas, rasanya bila semakin hari beban hidup semakin banyak, tanggungan ataupun biaya hidup juga semakin tinggi, perlu kita perbarui cara berpikir dan pola “gaya hidup” kita.
Jangan jangan kita bekerja sekeras kerasnya hanya untuk mengejar gaya hidup yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Sejarah para sufi sebenarnya buka karena mereka meninggalkan dunia sepenuhnya, menyepi, berpakaian jelek, namun sebenarnya mereka adalah orang orang yang kaya raya namun mereka sudah melihat dunia ini kecil, sehingga tidak menghamba kepada dunia.
Bila sudah Maqom seperti ini mungkin kita sudah tidak perlu ribut dengan istri kalo ada Tupperware nya yang hilang he..he..
www.cakfahmi.com
#simplylife
#hidupsederhana
#hidupminimalis