Design Thinking Pendekatan Humanis Inovasi UMKM  (Bagian 1)

Design Thinking Pendekatan Humanis Inovasi UMKM (Bagian 1)

https://cakfahmi.com/5-prinsip-dalam-menyusun-model-bisnis-di-new-normal/

Ini cerita disebuah usaha bengkel milik teman. Pertama tama membuka bengkel dia mengeluhkan karyawannya yang kelihatan kurang bergairah. Padahal menurutnya ia sudah membuat system penggajian yang cukup menarik bagi karyawannya.

Menjelang siang hari, produktivitas karyawannya semakin berkurang. Daya konsentrasinya juga samakin rendah. Setelah ngobrol dengan karyawannya, terungkap bahwa salah satu penyebabnya adalah jam jam siang karyawannya cenderung mengantuk.

Akhirnya dia menyediakan kopi bagi karyawannya supaya ketika jam jam mengantuk, karyawannya bisa tetap produktif. Namun sebaliknya justru waktu kerja karyawan semakin berkurang, karena sibuk membuat kopi dan cenderung saling mengobrol.

Kemudian dikumpulkanlah karyawannya dan diajak untuk mengobrol bareng, apa yang membuat kinerjanya kurang maksimal. Setelah digali lebih mendetail ada beberapa penyebab rendahnya produktivitas karyawannya, salah satunya adalah situasi kerja yang terlalu tegang dan membuat tingkat stress tinggi.

Ternyata kemudian ditemukan sebuah solusi sederhana yang bisa mengatasi problem tersebut. Untuk mencairkan supaya situasi tidak terlalu tegang. Yakni cukup diperdengarkan music dangdut yang di bengkel pada sebuah spiker yang keras. Yang terbukti efektif bisa meningkatkan produktivitas karyawannya.

Kira kira begitulah design thinking bekerja. Sebuah pendekatan untuk menstrukturkan dalam melakukan inovasi untuk memberikan solusi berdasarkan atas problem itu sendiri.

Selama lima hari dimingu kemarin saya belajar design thinking ini kepada masternya mas Eko Sucahyo seorang praktisi dan konsultan design thinking dari Surabaya.

Workshop yang biasa dikemas dalam bentuk offline dengan teknik fasilitasi dan praktek berbasis experience dari peserta, khusus selama Pandemi ini dibuat dalam bentuk online dengan Zoom. Setelah kami melalui segala prosesnya ternyata tidak kalah interaktif dibandingkan dengan dibawakan secara offline.

Justru sebaliknya kita belajar banyak hal hal baru yang selama ini kita skeptis, bahwa pendekatan fasilitasi susah untuk diterapkan secara online.

Justru sebalinya selama lima kemarin esensi pelatihan dengan pendekatan fasilitasi dan experiental learning kami dapatkan.

Dengan pendekatan baru yang disampaikan  secara full online. Sungguh pengalaman yang luar biasa.

Pengunaan papan flipchard misalnya yang menjadi perlengkapan tempur wajib bagi training offline kemarin bisa tergantikan dengan papan flipchard bersama yang sudah ada di google slide. Yang bisa dikerjakan secara interaktif dan semua peserta bisa terlibat. Pun penggunaan post it sebagai perlengkapan wajib lainnya juga bisa diatasi dengan post it virtual di papan google slide.

lihat jugahttps://cakfahmi.com/bekerja-dengan-umkm/

Kerja kelompok atau diskusi kelompok sebaga sebuah teknik  yang biasa dilakukan dalam sebuah workshop offline pun bisa disiasati dengan fasilitasi breakout room yang ada di zoom. Dimana Host Zoom bisa membagi peserta kedalam beberapa kelompok dalam sebuah breakout room untuk melakukan diskusi secara terbatas. Cukup menyenanggkan bagi kami yang terbiasa bermain pelatihan secara offline.

Begitupula untuk kerja tim dan diskusi kelompok, kami dipaksa untuk belajar aplikasi Discord sebuah aplikasi yang biasa digunakan para gamer maupun startup untuk melakukan kerja remote. Bila menggunakan alat komunikasi WhatsApp sudah terlalu penuh dengan grup grup yang berjibun, sementara dengan discod, kita bisa membagi dalam tim tim kecil yang cukup efektif dalam menjalankan kerja.

Sebuah pengalaman berharga untuk memahami bagaimana  anak muda dan gen milenial bekerja.

Pendekatan Humanis

Kembali kepada konteks design thinking. Banyak insight berharga yang kami dapatkan selama lima hari mengikuti workshop design thinking online kemarin. Yang membuka kembali cara berfikir kita dalam memahami UMKM.

Sebagai konsultan atau pendamping UMKM, mungkin selama ini kita banyak berinteraksi dengan UMKM dengan mempunyai asumsi tersendiri ketika memberikan solusi kepada UMKM. Sehingga seringkali solusi yang kita berikan tidak berdampak terhadap perubahan UMKM tersebut. Karena bisa jadi UMKM tadi tidak membutuhkan solusi yang kita berikan.

Itulah kenapa dalam pendekatan Design Thinking tahapan yang pertama adalah Empaty. Empati adalah hal yang paling basic dalam melakukan tahapan design thinking. Kita bisa mengetahui akar masalah dari problem yang dihadapi oleh UMKM adalah dengan melakukan empaty. Bukan dari asumsi kita.

Bagaimana melakukan empaty ? salah satu tekniknya adalah dengan melihat langsung bagaimana proses keseharian dari UMKM tersebut. Mencapture setiap tahapan proses bisnis dan pribadinya. Karena bekerja dengan UMKM tidak bisa dilepaskan dari personal tiap UMKM yang mempunyai karakteristik yang sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya.

Menariknya hal tersebut saat ini kita bisa mengintipnya bila UMKM tersebut melek social media, melalui status postingan maupun Story yang mereka bagikan.

Kekuatan IG Story ataupun FB Story ternyata adalah Insight menarik untuk melihat bagaimana keseharian mereka bekerja. Dibandingkan dengan postingan dalam status ataupun feed IG, IG story adalah seperti sebuah adegan film yang mencapture bagaimana unsur harapan, ketakutan maupun emosi dari UMKM tersebut.

Itulah kenapa menggali problem ini adalah hal yang sangat fundamental didalam melakukan design thinking ini. Sampai kemudian dari proses ini kita bertemu Insight atau Bahasa lainnya adalah Akar Masalah / Most Problem yang dihadapi oleh UMKM tersebut.

Sehingga dari pernyataan masalah utama tersebut dibalik kedalam sebuah pertanyaan solusi dengan sebuah kata ajaib How Might We  atau dengan Bahasa sederhananya  percaya akan ada berjuta ide ide yang bisa diterapkan bila kita lakukan secara bersama sama.

Ya begitu powerfullnya design thinking. Itu baru pada langkah pertama dalam proses design thnking yakni empaty, Tahapan design thinking selanjutnya akan saya tulis dalam tulisan selanjutnya .

Materi yang disampaikan mas Eko Cahyono begitu fundamental sehingga meskipun disampaikan secara tidak terstruktur, namun sebaliknya semakin banyak insight insight baru yang kami dapatkan. Sehingga tidak salah seperti yang diungkapkan oleh Abraham Lincoln “Jika saya punya waktu 6 jam untuk menebang pohon, saya akan menghabiskan 1 jam pertama untuk mengasah kapak yang saya punya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *