Cottoni

Cottoni

Teringat 12 tahun yang lalu di pulau yang sama pernah berkecimpung dalam dunia per-Rumput lautan. Ketika itu kami menyusun detail desain untuk pengembangan komoditas rumput laut. Bertemu para petani rumput laut dan pelaku usaha rumput laut.

Project tersebut adalah pengalaman pertama saya dalam berkecimpung dalam dunia pemberdayaan dan pendampingan bagi petani maupun UMKM. Pada tahun 2007 itu juga saya mengenal Prasetyo sebagai satu tim dalam kegiatan pemberdayaan pertama dengan dia. Masih sama sama fresh graduate. Masih sama sama baru bergabung dalam dunia konsultan. Prasetyo lebih duluan bergabung, menyusul sebulan kemudian saya bergabung.

Kebetulan kemarin berkesempatan melihat budidaya rumput laut di Saronggi Sumenep. Jadi teringat kembali pekerjaan belasan tahun yang lalu. Kami sama sama bukan berbaground kelautan ataupun perikanan. Namun dipaksa belajar untuk memahami persoalan rumput laut. Bukan hanya ditinggkat on farm atau budidaya, namun juga ditinggkat off farm atau pengeolahan.

Sebagai seorang pemula di dunia konsultan, waktu itu yang saya tau namanya rumput laut ya hanya untuk agar agar. Ternyata saya salah, rumput laut yang untuk agar agar bukan jenis cottoni ini, namun jenis gracelaria yang banyak dikembangkan di tambak tambak di Pasuruan maupun Situbondo.

Di Jawa Timur, penghasil rumput laut jenis cottoni terbesar ya di Kabupaten Sumenep. Wilayah  kepulauan Sumenep sangat cocok untuk budidaya jenis rumput laut ini. Apalagi rumput laut ini sangat mudah dibudidayakan di tepi tepi pantai yang ombaknya tenang dan air laut yang masih bersih. Dengan ratusan pulau yang dimiliki Kabupaten Sumenep, rasanya potensi untuk mengembangkan jenis rumput laut ini masih sangat besar. Berbeda teknik budidaya di Makassar yang sebagian besar mengggunakan long line, di Sumenep sebagian besar menggunakan teknik rakit.

Komoditas ini masih sangat besar potensi nya apalagi untuk pasar ekspor. Karena jenis rumput laut ini sangat dibutuhkan oleh industri makanan maupun kosmetik.

Pun bagi petani rumput laut menjanjikan penghasilan yang cukup besar dan bisa dipanen sepanjang tahun baik musim hujan maupun kemarau.

Sayangnya meskipun banyak dukungan yang sudah diberikan, perkembangan rumput laut di Sumenep masih kalah dibandingkan dengan rumah laut di Sulawesi maupun di Kalimantan Utara. Padahal disini juga telah disediakan gudang maupun pengolah rumput laut, namun tampaknya tidak digunakan dan cenderung dibiarkan. Disinilah tantangan pekerjaan sebagai seorang konsultan tidak hanya memberikan advise ataupun rancangan konsep yang bagus, namun yang lebih penting agar di lapangan konsep yang telah didesain bisa diaplikaskan untuk keberlanjutan dan pengembangan komoditas.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *