Tadi malam saya belajar banyak dari anak milenial. Seorang lulusan sekolah chef internasional yang konon biaya pendaftarannya saja seharga motor NMAX. Masih sangat muda, baru usia 21 tahun, namun mempunyai keahlian dibidang food and beverage yang luar biasa. Lebih dai 1000 jenis minuman dia bisa racik, dan menurutnya disekolahnya yang menggunakan tiga Bahasa, ia belajar 95% masakan internasiona dan hanya 5% masakan Indonesia.
Jadi yang ingin saya ceritakan kelihatannya sederhana, namun saya banyak mengambil hikmahnya. Saat ini ia mendirikan sebuah kafe yang letaknya cukup tersembunyi. Berada dibelakang kantor yayasan niirlaba ACT Surabaya. Akses jalannyanya pun hanya sebuah gang kecil, dari luar tidak ytampak seperti ada kafe, la bangunan depan pertokoan dankantor yayasan tersebut,. namun begitu kita masuk kedalam tampak suasana kafe dengan tema taman belakang yang istagramable dan cozy begitu istilah jaman now.
Semua detal kafe ini ia kerjakan sendiri, termasuk hiasan, bahkan meja bartender ia konsep dan kerjakan bersama mitranya. Bahkan iihan bunga bunga ia bersama ibunya yang memilihkan.
Menariknya café ini ia kelola sendirian tanpa merekrut karyawan. Kafe ini memang baru beberapa bulan buka. Awalnya saya mengira ia hanya merintis dan mengelola satu kafe ini sehingga semua dikerjakan sendiri, Namun dugaan saya salah. Alasan dia mengelola ini sendirian, supaya dia tahu pola bisnisnya dan tahu setiap detai dari pelanggan kafe sehingga ketika polanya sudah terbangun, baru kemudian dia rekrut karyawan.
Kembali dugaan saya salah, ternyata diusia yang masih sangat beliau, ia sudah mempunyai 6 buah kafe. 3 buah kafe ada di Surabaya, 2 di Bandung dan 1 di Jakarta, dengan karyawan 70 orang, itu belum termasuk manager Kafe, yang ia anggap bukan sebagai karyawan.
Pola yang ia lakukan sama, setiap mendirikan kafe baru ia kerjakan semua sendiri,dia racik makanan atau minuman sendiri, bahkan plus juga menjadi waitersnya. Sehingga ketika pasar mulai terbangun baru ia rekrut manajemen dan karyawan. Menurutnya seorang owner harus tahu detail tentang pasar, serta membuat konsep yang berbeda dengan pesaing di sekitarnya. Jangan semua langsung diserahkan kepada karyawan, bisa bubar ujarnya he…
Saya merasa tertampar tadi malam, sehingga obrolan tadi malam, yang semula saya cukup mengantuk, mendadak hilang kantuknya mendengar sharing dari kawan baru ini.
Untuk sebuah kafe invesrasi yang dibutuhkan bukanlah murahan, bahkan peralatannya cukup standar. Bahkan salah satu kafenya ia mengeluarkan investasi hampir 600 juta hanya untuk interior dan peralatan, namun Alhamdulillah dalam waktu 6 bulan bisa balik modal.
Saya gali lagi, bagaimana ia bisa mendapatkan modal hingga ratusan juta, ternyata rahasianya ia bertemu dengan orang tua yang dianggap sebagai orang tuanya sendiri yang punya cukup kaya dan punya asset banyak. Kebetulan “orang tuanya: ingin mempunyai usaha kafe,–selain usaha lainnnya dibidang kontrktor yang sudah besar–. Nah dari sana beberapa asset yang dia punya di Surabaya, Bandung mauppun Jakarta akhirnya dia kelola untuk dijadikan sebagai kafe. Sehingga praktis dia tidak mengeluarkan biaya sewa tempat. Dari sanalah kemudian antara skill dan modal dia bisa mainkan menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.
Tidak terasa hingga café yang biasanya tutup pukul 22.00 Tadi malam masih buka hingga hampir pukul 23.00 kita masih ngobrol ditemani kawan, dan dengan sangat rendah hati dia siap untuk berbagi ilmu yang mahal itu kepada yang membutuhkan, tanpa kemudian dia takut untuk tersaingi.
Ya, begitulah cara bermain bisnis anak milenial. Yang sudah sangat berbeda dengan cara bermain zaman konvensional. Sehingga dari obrolan tadi malam banyak insight yang kita dapatkan untuk dibagikan kepada UMKM yang kebanyakan masih dengan cara jaman old. Semoga saja bisa !